Menik
dan ayah angkatnya - Menik adalah sepupuku. Gadis cantik yang penampilan
sehari-harinya lincah lagi polos ini dari penampilan luarnya seolah-olah dia
seperti seorang perawan lugu yang belum mengerti hubungan dengan lelaki, tapi
siapa mengira dibalik itu dia justru punya skandal dengan ayah angkatnya
sendiri.
Keintiman ini sudah bermula di antara Menik dengan ayah angkatnya sejak dari
Menik berusia 14 tahun. Menik yang pertumbuhannya mulai meningkat remaja dan
semakin cantik serta menggiurkan, sudah dijadikan alat bantu ayah angkatnya
untuk mengisi kesepiannya setelah beberapa bulan ditinggal mati istrinya. Menik
adalah keponakan dari almarhum istri Pak Hendro. Awalnya, sesaat setelah
menduda, Pak Hendro yang seorang staf perusahaan perminyakan dipindah-tugaskan
ke Sumatera. Dia berangkat dengan mengajak Menik menemaninya di tempat tugas
barunya. Hari-hari berlalu, di tempat yang sepi kurang hiburan itulah perhatian
Pak Hendro yang kesepian mulai tertuju kepada Menik yang saat itu sedang
bertumbuh semakin cantik dan menggiurkan. Pendekatannya pun mudah, karena Menik
memang akrab sekali dengan ayah angkatnya ini, sehingga dibujuki sedikit saja
dia pasti menurut.
Mulailah Menik diperlakukan sebagai teman bercinta Pak Hendro mengganti
ketiadaan istrinya, hanya saja dengan cara terbatas. Setiap bertemu di rumah,
Pak Hendro selalu mengerjai Menik, mulai dari sekedar dipeluk-peluki, diciumi,
atau digeluti. Lalu meningkat lebih jauh mulai diajak tidur bersama untuk
dicumbui dan digerayangi seputar tubuh gadis remaja itu. Dan berikutnya lagi
makin saling terbuka, telanjang bulat mandi bersama dan mulai dinikmati tubuh
polos gadis itu lewat remasan gemas dan kecap mulut di bagian-bagian
kewanitaannya. Sampai akhirnya Menik mulai diajari cara-cara oral seks,
menghisapi kemaluan untuk memberi kesenangan bagi lelaki. Pokoknya tidak ada
lagi yang disembunyikan di antara mereka. Namun begitu, satu hal yang masih
dijaga Pak Hendro, yaitu dia masih tidak tega untuk memasukkan kemaluannya
untuk merenggut keperawanan Menik.
Sedikit mengulas keakraban mereka, bisa dilihat dari bagaimana pertemuan mesra
mereka ketika hari itu Pak Hendro pulang dari urusan di Jakarta selama lima
hari. Baru saja bertemu di rumah, sudah disambut Menik yang meloncat senang,
menggelendot di leher dan kaki membelit di pinggang ayah angkatnya. Pak Hendro
juga sama rindunya dengan gadis manja kesayangannya ini, tapi tidak
terang-terangan di ruang tamu, melainkan menggendong dulu membawa Menik ke
kamar tidur, baru dari situ langsung didekap dan diciuminya bertubi-tubi
seputar wajah si gadis untuk kemudian menutupnya dengan ciuman bibir bertemu
bibir. Sebentar saja keduanya sudah saling meluapkan kerinduan dengan saling
melumat dalam dengan sepenuh perasaan sebelum kemudian terlepas, dan Menik
turun dari gendongan untuk membantu membereskan barang-barang bawaan Pak Hendro
sambil saling menceritakan keadaan masing-masing selama berpisah.
Selepas itu, barulah acara membersihkan badan.
Setelah Menik selesai membuka keran bak rendam, "Ayo mandi sama-sama
Yayah, Nik..?" kata Pak Hendro mengajak yang segera dianggukkan Menik dan
langsung membuka bajunya sendiri mengikuti Pak Hendro yang sudah lebih dulu
bertelanjang.
Yayah adalah panggilan manja Menik kepada Pak Hendro. Begitu selesai, dia pun
segera mendekati Pak Hendro yang saat itu sudah akan bergerak ke kamar mandi.
"Ntar dulu Yah, gendong dulu dong..!" katanya dengan manja.
Menahan langkah Pak Hendro, dia pun meloncat ke pelukan ayah angkatnya itu.
Bergelendot manja lagi di leher dengan kedua kaki membelit pinggang Pak Hendro
seperti tadi, dia pun langsung digendong dibawa ke kamar mandi.
Berikutnya di bak kamar mandi, keduanya mandi bersama dengan saling membantu
menyabuni dan menyirami tubuh masing-masing. Pada waktu itu jika melihat bentuk
tubuh Pak Hendro, kesannya memang angker dengan sosoknya yang tegap dan gempal,
termasuk juga ukuran alat vital yang dimilikinya yang cukup lumayan besar. Tapi
bagi Menik yang sudah biasa begini, tentu saja kesan menakutkan tidak ada lagi.
Malah dia paling suka kalau disuruh mempermainkan batang kemaluan ayah
angkatnya ini, karena ada rasa geli-geli senang jika merasakan batang yang
semula lemas, besarnya hanya seukuran lebih besar sedikit dari jempol kaki itu,
akan mekar mengembang lipat dua dalam genggaman kulumannya, menjadi panjang dan
besar seukuran pisang ambon. Seperti juga saat ini, sambil menyabuni tubuh Pak
Hendro, dia menyempatkan mempermainkan batang kejantanan itu. Terasa olehnya
batang itu sudah menegang setengah keras.
Begitulah kegiatan yang sering mereka lakukan, sampai dengan selesai
membersihkan tubuh dan keluar dari bak mandi, terlihat lagi milik ayah angkatnya.
Hal ini membuat Menik tertarik, karena dari tadi batang itu masih setengah
menegang saja. Keduanya masih belum menyeka tubuh mereka dengan handuk saat
itu.
"Iddih Yah, kok dari tadi masih keras aja sih. Padahal udah bolak-balik
Nik guyur pake aer dingin..." kata Menik dengan nada khas remajanya yang
polos sambil mengulurkan tangannya memegang batang itu.
Pak Hendro hanya tersenyum geli, "Iya, itu tandanya dia udah kepengen
disayang-sayangin lagi sama Mbak Niknya."
"Tapi.., kata Yayah di Jakarta mau dipakein ke lobangnya orang perempuan.
Emang nggak sempet ya Yah ?" tanya Menik meskipun masih muda sekali tapi
sudah diberi pengertian tentang arti hubungan seks yang sebenarnya.
"Sempet sih sempet, tapi ketemu Mbak Niknya kan tetep aja kangen."
Menik tersenyum senang mendengarnya. Dia mengocok sebentar batang itu sambil
berkata, "Mau Ning isepin sekarang ya Yah..?" tanyanya menawarkan
permainan yang sudah biasa dilakukan sesuai ajaran Pak Hendro.
"Sebentar, sebentar, Yayah mau puas-puasin dulu sama Kamu." kata Pak
Hendro.
Tanpa menunggu jawaban Menik, dia sudah langsung membawa si gadis ke dekat meja
washtafel dan mendudukkan Menik di situ. Meja itu cukup tinggi, sehingga dengan
hanya sedikit membungkuk dan menundukkan kepalanya Pak Hendro sudah bisa mencapai
kedua susu Menik. Langsung saja bukit dada si gadis yang meskipun masih remaja
tapi sudah cukup menonjol mengkal itu dilahap dan disedot serta dihisap
bergantian dengan rakus.
Menik yang sudah terbiasa begini hanya meringis-ringis kegelian, membiarkan
ayah angkatnya sibuk menghisapi susunya, sementara dia sendiri menjulurkan
tangannya membantu meremas-remas penis Pak Hendro.
Ada beberapa saat Pak Hendro memuaskan mulutnya di bagian itu sampai kemudian
menggeser mulutnya turun ke arah liang keperawanan Menik. Sambil begitu dia
meminta Menik bersandar ke dinding kaca di belakangnya untuk kemudian
mengangkat kedua kaki Menik. Telapaknya diletakkan di tepi meja, sehingga Menik
jadi terkangkang dengan kemaluan terkuak lebar-lebar. Sekarang bagian kemaluan
perawan remaja yang masih gundul belum ditumbuhi bulu-bulu itu jadi sasaran
kecap mulut Pak Hendro. Bukit daging kemerah-merahan ini disosornya sama
rakusnya, diikuti jilatan dan gigitan-gigitan kecil di kelentit yang diterima
Menik sesekali menjengkit-jengkit dan merengek kegelian.
"Aaaa ge-yyi Yaah... hiiii ssshh Yayahh nyangan di gigitt gi-tu
Yahh..." nada manja kekanak-kanakannya pun mulai terdengar, tanda dia juga
senang diperlakukan begini oleh ayah angkatnya.
Disini pun Pak Hendro cukup lama memuaskan kecap mulutnya sebelum kemudian
berhenti dan mengangkat kepalanya.
"Ayo Nik.., tempel-tempelin dulu di punyakmu biar tambah cepet kepengennya
biar nanti lebih gampang keluarin aernya..." kata Pak Hendro meminta.
Yang begini pun bagi Menik sudah terbiasa, tanpa menunggu diminta dua kali
diturutinya permintaan ini dengan mengambil batang kejantanan Pak Hendro yang
sudah menegang itu dan menempelkan ujung kepala bulatnya digesek-gesekkan di
mulut lubang kemaluannya. Reaksinya cepat karena sebentar kemudian dilihatnya
air muka Pak Hendro menegang diburu nafsunya, sementara bagi Menik sendiri
main-main seperti ini juga selalu menimbulkan perasaan aneh tersendiri baginya.
Rangsangan asyik yang masih belum dikenal artinya, bergejolak di dalam perutnya
dan membuat liang keperawanannya seolah gatal ingin memasukkan batang ini ke
dalam lubangnya. Ada rasa menuntut di situ, apalagi jika ujung batang
kejantanan itu makin ditekan sedikit ke dalam, semakin penasaran rasa enak yang
ingin diraihnya.
Dalam keadaan begini, praktis Menik sudah tenggelam pasrah dituntut berahi
nafsunya, maka tinggal ditekan lebih jauh pasti akan disambut Menik dan berarti
sudah bisa Pak Hendro menggagahi remaja polos itu. Tapi di sinilah hebatnya
disiplin pribadi Pak Hendro demi sayangnya kepada anak angkatnya. Walau setiap
kali berisengnya sudah sampai sedemikian kritis, tapi selalu saja dia bisa
menahan diri untuk menghindar. Sesaat sebelum pikirannya buntu, dia pun cepat
mencabut batangnya sambil membawa tubuh Menik turun dari meja washtafel. Menik
mengira bahwa sekaranglah saatnya dia diminta untuk melakukan locokan hisapnya
guna membantu Pak Hendro mencapai tuntutan kelelakiannya. Tetapi rupanya ada
perubahan acara, Pak Hendro ingin menyelesaikannya dengan cara lain. Dia tetap
menyuruh Menik berdiri di depannya untuk kemudian dia sendiri sedikit menekuk
kakinya merendahkan tubuhnya, dari situ dia meletakkan batang kejantanannya
terjepit di selangkangan Menik, persis menempel di bawah kemaluannya.
"Nah, Yayah mau coba bikin gini aja, nggak usak pake dilocok tangan."
katanya seraya mulai memainkan pantatnya maju mundur.
Caranya persis seperti sedang bersetubuh dalam posisi berdiri, hanya saja
batang keperkasaannya tidak dimasukkan ke lubang senggama Menik. Sambil
menggoyang keluar masuk batangnya yang tergesek-gesek di celah liang keperawan
Menik, Pak Hendro juga menambahi rasa dengan mendekap Menik, mengajaknya
berciuman hangat. Diimbangi oleh Menik dengan juga merangkul ketat leher Pak
Hendro, membalas saling melumat bergelut lidah.
Ternyata meskipun tidak sempurna, tapi cara begini bisa juga membuat Pak Hendro
mencapai ejakulasinya. Sebentar kemudian dia pun tiba di puncaknya dengan
menyemburkan cairan maninya, tanda dia sudah bisa mengakhiri permainan dengan
lega. Itulah permainan iseng sehari-hari Pak Hendro dengan Menik yang boleh
dibilang kritis karena cuma tinggal memasukkan batangnya ke liang keperawanan
Menik saja yang belum dilakukan Pak Hendro. Tapi yang begini cuma sementara.
Cara hidup unik ini bagi Menik pengaruhnya besar juga. Bagaimana tidak, kalau
mengikuti perkembangan cara mereka, rasanya cuma tinggal tunggu waktu saja
untuk Menik mendapatkan rasa seks yang sebenarnya. Apalagi belakangan ini Menik
pernah menyaksikan sendiri bagaimana adegan hangat ayah angkatnya yang bercinta
dengan Mbak Tikah, seorang gadis pemijit yang sering dipanggil Pak Hendro untuk
memijit di rumahnya, tapi sekaligus sebagai tempat penyaluran tuntutan
kelelakian Pak Hendro.
Dari sejak awal Menik sudah curiga bahwa ayah angkatnya punya hubungan intim
dengan Tikah, gadis pemijit yang diperkenalkan oleh sopir pribadi mereka.
Karena dalam acara memijit yang biasa mengambil tempat di ruang baca itu,
mereka berdua selalu mengunci pintu berlama-lama di situ. Memang mulanya
kelihatan biasa-biasa saja, tapi pernah sekali Menik memergoki bahwa tubuh
Tikah secara mencuri-curi sering digerayangi tangan Pak Hendro. Ini yang
membuat Menik penasaran dan suatu waktu dia sengaja mengatur waktu untuk
membuktikan sendiri sampai dimana hubungan Pak Hendro dengan Tikah.
Begitulah suatu kali kesempatan Pak Hendro minta dipijit Tikah di tempat biasa
di ruang baca, Menik yang tadi pura-pura pamitan ke rumah teman padahal sudah
menyelinap bersembunyi di kolong ranjang ruang tidur pak Hendro menunggu
kesempatan untuk mengintip. Di antara kedua ruang baca dan ruang tidur Pak
Hendro ada pintu penghubung, Menik menunggu sampai dirasa aman baru dia
mengendap-endap mencapai pintu penghubung dengan rasa tegang karena didapatinya
suasana kamar sebelah sepi sekali. Di lubang pintu penghubung itu sebagaimana
pintu-pintu lainnya juga dipasang sehelai gordyn tebal. Biasanya pintu ini juga
dikunci oleh Pak Hendro kalau sedang berdua dengan Tikah, tapi karena
diketahuinya Menik tidak di rumah maka Pak Hendro sudah merasa aman dengan
membiarkan pintu itu terbuka, sehingga Menik punya kesempatan mengintip ke
situ.
Apa yang ditunggu Menik memang tepat, bahkan kebetulan sekali karena rupanya
saat itu sudah masuk di babak Pak Hendro akan mengerjai Tikah. Mereka sudah
langsung mulai karena begitu Menik melihat ke dalam, dia sudah mendapatkan
bagaimana keduanya sudah bersiap-siap untuk masuk ke permainan seks dengan Pak
Hendro. Saat itu sedang merangsang berahi Tikah. Di situ sambil masih tetap
berada di atas permadani tebal tempat mereka biasa memijit, nampak Pak Hendro
yang berbaring telentang sedang menggerayangi tubuh Tikah yang duduk di atas
perutnya. Waktu itu kedua posisi mereka agak membelakangi Menik, sehingga tidak
bisa terlihat jelas, tapi Menik bisa melihat bahwa tangan Pak Hendro sedang bermain
meremas-remas susu Tikah yang masih tertutup kain. Tikah dalam acara memijit
ini mengenakan sehelai handuk yang dililit sebatas dadanya.
Berdebaran tegang Menik menonton pemandangan di depannya, nampak Tikah mandah
saja menggeliat-geliat kegelian dengan muka genit malu-malu kegelian mendapat
gerayangan nakal Pak Hendro di kedua susunya. Malah dia kemudian membungkukkan
tubuhnya mengikuti pelukan Pak Hendro, menyandarkan kepalanya manja di dada Pak
Hendro. Sebentar keduanya saling merapat pipi bertemu pipi seperti ada yang
dibisikkan Pak Hendro di telinga Tikah, karena tiba-tiba Tikah bangun duduk
tegak dan berikutnya masih dengan muka genit malu-malu Tikah membuka lepas
handuk penutupnya menampilkan bebas tubuh telanjangnya. Karena di balik kain tadi
Tikah memang tidak mengenakan pakaian dalam. Sekarang melihat bagaimana Tikah
sedang menyodorkan bagian kewanitaannya untuk dinikmati Pak Hendro, hal ini
membuat Menik semakin tertarik penasaran. Memang tubuh Tikah tidak semulus dan
secantik Menik, tapi berharap pada adegan kelanjutannya menimbulkan rangsangan
hebat pada Menik, disamping juga rasa kepingin tahu yang besar ingin melihat
bagaimana caranya pasangan laki perempuan bersanggama.
Sekarang terlihat gerakan Pak Hendro bangun duduk, sementara Tikah hanya
mengangkat duduknya berlutut merapat pada Pak Hendro.
"Ahsshh..." terdengar Tikah mengerang dan setelah itu menggigit
bibirnya malu-malu geli ketika dia mulai mendapat rangsangan Pak Hendro
sekaligus di dua tempat, yaitu mulut Pak Hendro melahap sebelah puncak susunya
dan sebelah tangan Pak Hendro bekerja mengusap-usap tengah selangkangannya.
Rangsangan mulai meningkat dengan makin sibuknya Pak Hendro berpindah-pindah
mengenyoti kedua susunya, sementara tangan yang di selangkangan juga
bergerak-gerak seperti sedang meremas-remas sambil pasti ikut mengiliki
kelentitnya, geli asiknya mulai diterima Tikah terbaca dari mimik wajahnya yang
sekarang merona merah dalam mata terpejam serius dan bibir setengah merekah
tegang. Sesekali ada gerakan Tikah mengejang kegelian dengan menarik pantatnya
menungging, tapi tidak menghindar membiarkan tubuh telanjangnya dipuasi Pak
Hendro. Sebelah tangannya malah membantu menonjolkan bukit susunya tersodor
dikecapi Pak Hendro, sedang sebelah tangan lagi bertopang di pundak Pak Hendro.
Ada beberapa saat seperti itu, tapi di tengahnya ada gerakan baru, yaitu
sebelah tangan Pak Hendro yang bebas mulai merangsang kejantanannya dengan
menggenggam dan meremas-remas batangnya agar menjadi lebih kaku.
Semua ini dari tempat mengintip Menik cukup jelas dilihat, karena jaraknya cuma
sekitar 3 meter dan posisi Tikah sekarang agak serong menghadap ke arahnya.
Rupanya acara merangsang gairah berahi Tikah dan membangkitkan kejantanan
sendiri oleh Pak Hendro, meskipun sebentar tapi sudah dianggap cukup, karena
Pak Hendro baru saja berhenti dan meminta Tikah mengambil posisi berbaring
menelentang tetap di atas permadani itu. Mereka nampaknya mempersingkat waktu
agar tidak terlalu lama dan dicurigai para penunggu rumah.
Tikah langsung berbaring mengangkang sesuai permintaan Pak Hendro, matanya
ditutup rapat-rapat menunggu Pak Hendro mengatur posisinya untuk mulai
memasukkan batang kejantanan ke liang senggamanya. Merapat dia dengan
kedudukkan tegak berlutut, kedua paha Tikah ditumpangkan ke atas masing-masing
pahanya, sebentar Pak Hendro masih melocoki batang kejantanannya sendiri yang
dari tadi tetap dipegangi terus, sementara tangan sebelah jari-jarinya
membasahi lubang kewanitaan Tikah dengan ludahnya agar membuat lebih licin
lagi. Sebentar kemudian batang kaku Pak Hendro mulai dimasukkan ke liang
kewanitaan Tikah, Menik membaca mimik wajah Tikah agak mengernyit dengan kedua
kelopak matanya yang terpejam erat. Rahangnya menganga kaku menunggu batang
ditusukkan ke kemaluannya dan yang mulai dimainkan Pak Hendro keluar masuk
pelan-pelan.
Ternyata reaksi yang ingin dilihat Menik mulai nampak. Tikah ketika mulai bisa
menyesuaikan dengan penis yang baru diterimanya, langsung mendapatkan rasanya.
Tegang wajahnya pun mengendor terganti dengan bersemu asyik yang membawa
pinggulnya bergerak mengocok mengimbangi gerak menggesek batang keluar masuk
liang senggamanya. Makin lama makin tambah hangat rasa garukan enak itu,
apalagi ditambahi Pak Hendro dengan kedua tangannya memilin-milin puting
masing-masing susunya, gerak geliat Tikah sudah meningkat panas. Meliuk-liuk
dia terlihat erotis dengan dadanya kadang diangkat-angkat membusung. Tapi yang
seru adalah goyangan bibir kemaluannya yang berputar cepat seperti tidak
sabaran dan sesekali menanduk-nanduk ke atas memapak tusukan batang keperkasaan
Pak Hendro yang juga mulai dipompa agak kencang.
Menik sampai terasa panas dingin dan tegang menontonnya, terpengaruh rangsangan
permainan Tikah yang menggelora oleh sogokan-sogokan batang keperkasaan Pak
Hendro. Gerakannya selama itu berputaran hangat, lebih-lebih menjelang
orgasmenya. Sayang Menik tidak bisa mengikuti mimik Tikah, karena dengan
semakin panas itu wajah Tikah sudah hilang menyusup di dada Pak Hendro yang
sudah turun menghimpit mendekapnya erat-erat. Hanya terakhir sempat dilihat
ketika Tikah berogasme dengan tubuhnya yang mengejang dan mengangkat liang
kewanitaannya tinggi-tinggi seakan ingin ditekan lebih dalam lagi. Sampai di
situ apa yang ditonton Menik, dan dia buru-buru ke luar untuk kemudian
berpura-pura datang dari luar seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi di
dalam kamar baca itu.
Jadi boleh dibilang secara tidak langsung, sebetulnya ayah angkatnya yang
menggiring Menik untuk menuju kebebasan seks. Sehingga ketika suatu ketika, Menik
menemukan teman sekolah yang cocok di hatinya dan kemudian berlanjut dengan
iseng-iseng mempraktekkan hubungan sanggama sampai mengakibatkannya hamil. Ayah
angkatnya tidak bisa menyalahkan dia karena menyadari bahwa ini salahnya
sendiri yang terlalu bebas dalam cara hidup mereka. Tapi untuk menuntut
laki-laki yang mengerjai Menik sangat berat, karena keduanya masih remaja
sekali, jalan keluar yang dipilih adalah menggugurkan kandungan Menik sebelum
menjadi besar serta membatasinya bergaul bebas di luaran lagi.
Menik nampaknya kapok dengan akibat keisengan pertamanya itu, tapi untuk bisa
bertahan dari godaan lelaki berikutnya ternyata ada cara yang istimewa untuk
itu. Yaitu Menik yang sudah kenal nikmatnya hubungan seks tidak dibiarkan
menderita menahan keinginan itu, tapi di rumah dia justru dapat penyaluran
tersendiri dari siapa lagi kalau bukan dari ayah angkatnya sendiri. Sejak
itulah Menik mulai membuat hubungan sanggama dengan Pak Hendro dengan maksud
agar Menik tidak mencari di luar lagi, yang memungkinkan dia mengulang
kecelakaan yang sama. Hanya saja tentunya dijaga agar tidak ada satu pun orang
luar yang tahu rahasia keluarga mereka.
Memang, sejak lepas dari pengalaman pahitnya itu, Menik jadi seperti
uring-uringan dan untuk mengisi kesepiannya, Pak Hendro mulai tertarik juga
untuk memanfaatkan Menik. Tidak heran sebab si cantik yang meningkat semakin
remaja ini kalau berpakaian sering minim, mengundang gairah lelaki, teristimewa
bagi Pak Hendro yang juga sedang kesepian. Tapi sekalipun sudah akrab dengan
gadis itu, Pak Hendro tidak langsung main ajak begitu saja. Dia perlu cara
halus karena dia kuatir Menik masih trauma dengan pengalaman pahitnya itu. Pak
Hendro mulai mengadakan pendekatan dengan membelikan hadiah-hadiah perhiasan
dan mengobral pemberian uang untuk meluluhkan hati Menik.
Sampai di suatu siang, dia membuat surprise dengan mendatangi kamar Menik.
"Nik, kalok Yayah kasih hadiah buat Kamu, mau nggak..?" katanya
dengan kedua tangannya ke belakang seperti menyembunyikan sesuatu."Oya..? Hadiah
apa Yah..?"
"Mau tau..? Nih Liat dulu sebentar..!" kata Pak Hendro sambil menarik
tangannya yang menggenggam sebuah kotak perhiasan, membuka tutupnya memamerkan
isinya sebentar.
Namanya sifat perempuan, begitu melihat perhiasan emas yang berkilau-kilauan
langsung bersinar cerah wajahnya.
"Buat Menik ya Yah..?" tanyanya malu-malu.
"Iya.., semua buat Kamu, abis buat siapa lagi..?"
"Waduh..! Iya Yah, Aku mau.., seneng banget Aku Yah..!"
Kontan melonjak girang Menik karena perhiasan yang akan diberikan kepadanya
justru lebih banyak dari yang sudah didapat sebelumnya. Tidak salah, karena Pak
Hendro sendiri saking senangnya dapat harapan manis Menik sengaja membelikan
lebih banyak dengan maksud untuk lebih membujuk gadis itu.
"Tapi ntar dulu, abis ini nanti temenin Yayah tidur, sekarang ininya Yayah
masukin Yayah punya ya..?" tanya Pak Hendro mulai minta kepastian Menik
sambil merapat dan menjulurkan sebelah tangannya mengusap-usap selangkangan
Menik.
Jelas Menik tahu maksudnya tapi dia masih ragu-ragu.
"Ngg, tapinya kalok Nik bunting lagi gimana Yah..?" tanyanya minta
penegasan Pak Hendro.
"Ooo... jelas Yayah jaga jangan sampe begitu, nanti Yayah kasih
pilnya.." jawab Pak Hendro memberi kepastian.
Kali ini Menik mengangguk meyakinkan ajakan Pak Hendro karena hatinya sudah
keburu terpaut dengan kilauan emas yang bakal jadi miliknya. Perempuan kalau
hatinya sudah merasa dekat, apalagi ditambahi dengan hadiah-hadiah perhiasan,
maka cepat saja takluk dalam rayuan.
"Kalok gitu sini, Yayah yang pakein satu persatu dan Kamu nurut aja ya..?
Tapi sebentar.., coba Kamu pake dulu semua perhiasan yang Yayah pernah kasih.
Soalnya ini semua satu setelan, jadi biar lengkap keliatannya."
Menik mengangguk dan bergerak mengambil perhiasan itu di lemarinya, lalu
memasangnya satu persatu yaitu giwang, kalung, cincin dan gelang, sementara Pak
Hendro mendekat lalu meletakkan kotak perhiasan di tempat tidur. Keempat
perhiasan itu berikut yang ada di dalam kotak memang memiliki ciri seragam,
yaitu diberi bandul berbentuk bola-bola berongga yang di tengahnya diisi bola
kecil lagi, jadi kalau bergerak akan menimbulkan bunyi yang bergemerincing.
Menik sendiri masih heran di mana lagi perhiasan yang ada di kotak itu akan
dipasangi di tubuhnya, namun begitu dia diam saja dan sesuai permintaan Pak
Hendro dia menurut ketika sebuah perhiasan diambil untuk dipasangkan padanya.
"Tau nggak Nik, Yayah beli ini karena liat Kamu cantik, jadi kepengen
dandanin kayak putri ratu. Memang keliatan kayak main-mainan, tapi ini emas
asli lho..? Kalok nggak cocok jangan kasih siapa-siapa, simpen aja buat
kenang-kenangan. Ayo sini, tempat pertama pasangnya di sini..."
Menik langsung merasa geli, karena bagian pertama yang dipasangi adalah sebuah
cincin hidung model jepit ala gadis-gadis Arab.
"Nah, sekarang untuk ini Yayah minta tanda terima kasihnya..."
Belum sempat Menik mengerti, tiba-tiba dia sudah dipeluk lehernya dan bibirnya
didarati bibir Pak Hendro. Agak gelagapan dia tapi cepat disambutnya ajakan
berciuman ini dan meningkat sebentar saling melumat hangat. Ada beberapa saat
baru Pak Hendro melepas bibirnya, Menik terlihat sempat terhanyut sebentar
dalam asyiknya bergelut lidah bertukar ludah barusan.
Bagian kedua adalah sepasang kalung kaki yang dipakaikan Pak Hendro dengan
meminta Menik duduk di tempat tidur. Ini juga menggelikan, karena merasa persis
seperti pemain kuda lumping dan upah terima kasihnya juga lucu yaitu
masing-masing betis Menik diciumi dan dijilat-jilati setelah kalung itu
terpasang.
Yang ketiga, yang paling membuat Menik geli adalah ketika Pak Hendro mengambil
sepasang perhiasan payudara yang pemasangannya dijepit di puting susu.
"Iddihh.., kok aneh-aneh aja si Yayah nih..?" kontan cekikikan geli
dia sambil menekapi kedua buah dadanya dengan tangannya.
"Ya sudah, kalok masih geli ditunda dulu. Sini Yayah ambil tanda terima
kasihnya duluan nanti pasangnya belakangan."
Begitu selesai bicara Pak Hendro langsung memajukan kepalanya, mulutnya
mendarat mencaplok sebelah susu Menik yang membulat montok itu.
"Sshh..." Menik mengejang tertahan sewaktu mulut Pak Hendro
mengenyoti puncak susunya, mengulum dan menjilati puting yang berada di dalam
mulut Pak Hendro.
Kali ini geli lain. Geli yang memberi rangsang menaikkan berahinya untuk menuju
apa yang nantinya akan diminta Pak Hendro. Dan ini mulai semakin terasa karena
Pak Hendro agak berkepanjangan mengisapi dan meremasi kedua bukit dadanya
bergantian, sehingga geli-geli enak yang meresap menyulut bara berahinya yang
juga sudah lama terpendam mulai menyala lagi. Maklum, Pak Hendro rupanya gemas
bernafsu dengan kedua susu si gadis ramping tapi ukurannya bulat montok
menggiurkan ini. Terbukti ketika Pak Hendro berhenti dan menarik kepalanya,
terlihat tatapan mata Menik sudah sayu tanda sudah dipengaruhi tuntutan
nafsunya. Tapi Pak Hendro belum selesai, dia segera memasangkan perhiasan di
kedua puting susu Menik, kali ini tidak ada penolakan geli lagi.
Selepas itu kedua buah dada segar mulus yang sudah berhias anting-anting itu
dikecap lagi oleh mulut Pak Hendro. Ada rangsang tersendiri baginya dengan
kedua puting yang tercuat oleh jepitan penahan bandul, senang menjilat-jilat
ujungnya membuat Menik bergerak-gerak kegelian, susunya berayun-ayun
menimbulkan bunyi bandul bergemerincing.
"Aahaaww... ge-yyii Paak.." Menik merengek manja namun dia senang
dicandai mesra seperti ini.
"Tambah cantik kan Menik dihiasin gini, Yayah jadi makin gemes
ngeliatnya..."
"Iya tapi lucu... Aahsssh Paak... ca-kiitt..!" baru menjawab sudah
disambung merintih karena puting berikut bandulnya dicaplok Pak Hendro.
Dihisap dan dijepit-jepit bandul itu dengan bibir, menarik-narik kecil
menjadikan putingnya juga ikut tertarik-tarik terasa perih. Tapi perih-perih
enak yang makin menambah Menik jadi makin lebih terangsang.
Sehingga ketika dari situ Pak Hendro berlanjut dengan usahanya untuk membuka
celana pendek yang dikenakan Menik, si gadis mandah saja malah membantu dengan
mendoyongkan tubuhnya ke belakang, mengangkat pantatnya membuat mudah celana
berikut celana dalamnya dilolosi lepas. Pak Hendro meskipun dalam dirinya sudah
bergelora nafsunya ingin segera menyetubuhi remaja cantik yang menggiurkan ini,
tapi dia cukup pengalaman untuk bisa menekan emosinya tidak menunjukkan wajah
rakusnya.
"Sekarang yang terakhir ini Yayah pasangin kalung perutnya..."
katanya sambil membelitkan dan mengaitkan sekali sebuah kalung perut di
pinggang Menik.
Selepas itu tiba-tiba Pak Hendro menundukkan wajahnya ke perut Menik. Dikira
akan mengecup bagian perut itu untuk minta tanda terima kasih, tapi rupanya
lebih ke bawah lagi. Yaitu ketika kedua tangan Pak Hendro menyusup dari bawah
kedua pahanya, membuka jepitan paha itu sekaligus mengangkat membuatnya
mengangkang. Dia segera tahu bahwa Pak Hendro menuju ke liang senggamanya.
Menik memang sudah terbiasa memberikan kemaluannya dikerjai mulut Pak Hendro,
cepat ditutupnya matanya menunggu Pak Hendro berlanjut, karena dia tahu rasa
apa yang akan didapatkannya nanti.
Saat itu, begitu mulut Pak Hendro menempel dan langsung menyedoti rakus bagian
menganga itu, dalam dua tiga jurus saja Menik sudah lemas tulang-tulangnya
diresapi nikmat."Ahhnng..." mengerang dia oleh geli yang terasa
menyengat sampai ke ubun-ubun, langsung merosot tubuhnya jadi menelentang rata
punggung ke belakang karena serasa tangannya tidak kuat lagi menopang. Lewat
lagi beberapa jurus dia sudah meliuk-liuk tubuhnya oleh jilatan lidah terlatih
yang mengilik kelentitnya, menusuk-nusuk kaku membuatnya semakin penasaran
ingin segera disetubuhi.
Pak Hendro berhenti untuk membuka bajunya dan sementara itu kedua kaki Menik
yang tadi disanggahnya diletakkan telapaknya di tepi tempat tidur, tetap
membuat posisi Menik mengangkang lebar.
"Enak kan kalok Yayah bikinin gini..?" tanyanya menguji sambil
melepasi bajunya satu persatu.
"He-ehh... tappinya jangan lama-lama Yahh.., nggak kuat Akku..."
Menik terbata-bata menjawab jujur kelemahannya kalau liang kewanitaannya kena
disosor mulut lelaki.
Selesai membuat dirinya sama bertelanjang bulat, Pak Hendro kembali meneruskan
mengerjai liang senggama Menik dengan permainan mulutnya, membuat si gadis
betul-betul matang terbakar oleh rangsang nafsunya. Sambil begitu Pak Hendro
sendiri dalam posisi duduk berlutut mulai melepasi bajunya tanpa dilihat Menik
dan mulai mempersiapkan batang kejantanannya untuk bisa menyalurkan kerinduan
nafsunya sekaligus mengisi kebutuhan yang dituntut berahi nafsu Menik.
Cukup lama Pak Hendro membakar nafsu Menik lewat hisapan mulut di liang
senggamanya, membuat Menik hampir hangus menunggu saat untuk disetubuhi. Tapi
sebelum mulutnya meminta, tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditarik diajak bangun.
Pak Hendro melingkarkan kedua lengan Menik di lehernya, Menik cepat mengetatkan
rangkulan mengikuti ajakan Pak Hendro yang segera menggendong untuk
memindahkannya dari posisi semula ke tempat dimana dia akan segera masuk ke
babak sanggama, karena dirasanya ada gerakan Pak Hendro untuk bangkit berdiri.
Memang benar, tapi sebelum sampai ketempat yang dimaksud, Menik seperti sudah
akan mendapatkan apa yang diingininya lebih cepat dari perkiraannya. Tubuhnya
terasa melayang seiring dengan gerakan Pak Hendro berdiri dengan mengangkatnya
pada kedua pahanya, tapi ketika telah tegak dan gaya berat tubuhnya menekan
lagi ke bawah, "Hahhg..." mengejang dia karena dirasanya kepala
batang keperkasaan Pak Hendro mendesak sampai terjepit di mulut lubang
kemaluannya.
Dan makin memberat dia ke bawah makin menyodok batang itu masuk.
Tapi, "Hhoogh..." kali ini menggerung tenggorokannya karena yang
berikutnya terasa ketat dan perih.
Tidak tahan berlanjut, dia pun mengetatkan lagi rangkulannya seolah-olah ingin
memanjati tubuh Pak Hendro naik ke atas lagi.
Celakanya Pak Hendro seperti tidak mengerti apa yang dialami Menik, merasa
batang kejantanannya sudah mulai terjepit masuk, dia mengira justru Menik yang
sudah mengajak lebih dulu untuk langsung masuk di babak sanggama. Dalam posisi
seperti itu dia malah berusaha untuk memasukkan batangnya lebih jauh lagi.
Kedua kakinya ditekuk merendah sebentar agar Menik terduduk menggantung di
pahanya sehingga kedua perut agak merenggang. Karena dalam posisi itu dia bisa
melepas sebelah sanggahan tangannya untuk kemudian membubuhi ludah di sisa
batangnya yang belum masuk, baru setelah itu dia berlanjut untuk membenamkan
batang keperkasaannya.
Sekarang batang ini sudah masuk sebagian, Pak Hendro menegakkan tubuhnya lagi
dan sambil berusaha menekan lebih jauh dengan pintar dia mengalihkan perhatian
Menik lewat gerakan berjalan seolah-olah mencari tempat sanggama yang lebih
enak. Memang, semakin dibenamkan lebih dalam, terasa olehnya Menik mencengkeram
sambil merintih kesakitan tapi Pak Hendro pura-pura tidak mendengar.
"Ssshhgh.. ssakkit Yaahh..." akhirnya tidak tahan juga suara Menik
terdengar mengutarakan perihnya.
Menik memang sudah hapal dengan bentuk dan ukuran alat viltal ayah angkatnya
yang sering dipermainkannya ini, tapi untuk dimasukkan ke liang senggamanya
baru kali inilah dia merasakannya.
"Iya, iya, memang agak perih kalok dibawa jalan-jalan begini. Sebentar
lagi, Yayah mau cari tempat yang enak buat kita." buru-buru Pak Hendro
menghibur tapi lega dia karena dirasanya seluruh panjang batang kejantanannya
sudah terendam habis.
"Mau dimana Yah..?" tanya Menik agak heran sambil menarik kepalanya.
Sekarang bisa terlihat raut wajahnya yang sudah pucat pasi lantaran menahan
sakit.
"Kita cari tempat yang lebih enak maennya."
Dengan memondong Menik, sementara batang kejantanannya tetap terendam di liang
senggamanya Menik, Pak Hendro menuju ke ruang tengah. Di situ di depan TV
terpasang sebuah permadani berukuran 2x3 meter, kesitulah rupanya Menik dibawa.
Mengatur posisi Menik menelentang dengan tetap menjaga kemaluan tidak terlepas,
begitu selesai Pak Hendro mulai mengajak Menik masuk pada babak sanggama untuk
meresap nikmatnya pertemuan kedua kemaluan ini. Sanggama ala Pak Hendro yang
unik, sebab bukan saja pemilihan tempatnya nyentrik tapi juga caranya terasa
asing bagi Menik. Beda sekali dengan bekas pacarnya yang dalam sanggama mereka
goyang pantat dibawa bekerja aktif memompa penis ke luar masuk vaginanya, tapi
dengan Pak Hendro justru tidak bergaya tradisional seperti itu.
Bermain masih dalam keadaan saling menempel berhadapan dengan batang kemaluan
tetap terendam dalam, tanpa ada gerakan menggesek keluar masuk, Menik dibawa
berguling-guling di seluas permadani itu seperti seorang anak kecil sedang
diajak bergelut canda oleh ayahnya. Tetapi lebih cocok disebut seperti sepasang
penari balet yang sedang beradegan lantai dalam gaya erotis. Sebab sementara
bergulingan, kadang Menik di atas kadang pula di bawah, Pak Hendro mengiringi
dengan kerja mulutnya serta tangan yang tidak terputus melanda sekujur tubuhnya
dari mulai atas kepala hingga ke ujung kakinya.
Di situ kadang dikecup mesra, dijilati atau digigiti gemas, juga kadang diusap,
dipijat, diremas di bagian manapun dari tubuh Menik dapat dicapai mulut atau
tangannya. Menik tidak ubahnya diperlakukan seperti boneka permainannya. Boneka
cantik berhias yang semakin bergemerincing suara bandulnya semakin membuat
hatinya senang dan asik menggelutinya.Tapi asyik bukan hanya buat Pak Hendro,
Menik yang semula masih merasa perih dan masih pasif mulai mendapatkan rasa
asyik yang sama, malah lebih lagi. Gaya baru yang diterimanya ini terasa begitu
mesra menghilangkan perih yang diderita. Dan ujung batang yang tadinya terasa
begitu ketat serta menyodok begitu jauh di dalam perutnya sekarang justru
dirasakan enak luar biasa mengorek-ngorek tuntutan berahinya jadi cepat
terluapkan, melayang-layang dibuai kenikmatan yang datang melanda susul
menyusul.
"Hsshngg addduuuh Yyahh... sshngh dduhh.. hmm aaahhghrh..!" begitu
dalam akibatnya sampai-sampai tidak tertahankan lagi, masih ditengah asyiknya
digeluti Pak Hendro, Menik sudah mengerang membuka orgasmenya satu kali sebelum
berikutnya menyusul lagi secara bersamaan dengan Pak Hendro.
Ini terasa luar biasa, sebab kalau biasanya dia merasa seperti dipaksakan
keluarnya oleh gesekan-gesekan cepat penis bersama pacar lawan mainnya, yang
ini lebih melegakan menyalurkannya lewat geliat-geliat erotis tubuhnya yang
dilipat-lipat oleh Pak Hendro.
"Aaahnng.. ssshh-dduuh Yahh... Ak-kku klu-ar laggi sshh... hngmmm
shg..." disitu baru selesai yang satu sudah menyusul lagi rangsangan
gairah untuk menikmati yang berikutnya.
Memang akhir dari permainan sama-sama meletihkan, tapi kalau saja Pak Hendro
masih bisa bertahan lebih lama lagi rasa-rasanya Menik akan sambung menyambung
orgasme yang bisa dicapainya. Betul-betul suatu permainan yang unik
mengesankan, karena dengan hanya menanam batang dalam-dalam saja sudah membuat
Menik terpuaskan secara luar biasa. Begitulah, permainan serasa mimpi indah yang
dialami Menik dalam hubungan pertama ini sudah langsung membuat Menik ketagihan
kepada Pak Hendro.
"Gimana, puas nggak maen gini sama Yayah..?" tanya Pak Hendro menguji
apa yang barusan dialami Menik.
"Itu sih bukan puas lagi, tapi mabok namanya.. Gimana nggak, sekali tancep
tapi Aku sampe tiga kali ngeluarinnya... Yayah pinter aja ngerjain Aku..."
jawab Menik mengakui apa yang didapatnya sekaligus menyatakan pujian kagumnya
kepada kehebatan Pak Hendro, "Tapinya lemes banget Aku Pak.." lanjutnya
sambil menyusupkan kepalanya manja-manja sayang di dada Pak Hendro.
Sejak itu Menik memang tidak pernah sungkan-sungkan meminta kalau sedang ingin
digauli ayah angkatnya. Seperti misalnya tengah malam itu Pak Hendro terbangun
agak kaget karena dia merasakan seseorang naik berbaring di sebelahnya. Segera
dia mengenali bahwa Menik yang barusan naik berbaring memunggungi di
sebelahnya. Pak Hendro tersenyum mengerti bahwa Menik yang sudah seminggu tidak
digauli karena haid, sekarang rupanya sudah selesai dan tentu sudah kepingin
lagi disetubuhinya. Tanpa bertanya dia pun mengembangkan selimutnya menutupi
Menik dan berbalik merapati memeluk si gadis dari belakang.
Betul juga, ketika sebelah tangannya disusupi sekaligus menyingkap gaun
tidurnya untuk meremasi susunya, terasa olehnya bahwa Menik makin menempelkan
pantatnya yang tidak mengenakan celana dalam itu ke jendulan batang
kemaluannya. Pak Hendro makin menggoda, dia memindahkan tangannya merabai
jendulan kemaluan Menik dari arah belakang pantatnya. Sebentar diusap-usapnya
liang senggama yang terjepit itu, Menik pura-pura diam saja. Begitu juga waktu
Pak Hendro mulai mencolokkan satu jarinya ke dalam jepitan itu, masih belum ada
reaksi Menik. Tapi waktu jari itu mulai digesek sambil mengorek-ngorek ada
beberapa lama terasa Menik mulai tidak tahan dan mulai menggelinjang sambil
merintih.
"Sssh udah Yaah ja-ngann pake ta-ngann..., nggak en-nakk..."
"Pake apa dong enaknya..?" bisik Pak Hendro menggoda.
"Macupinn kontol Yayahh ajaa..." jawab Menik dengan logat manja kekanak-kanakan.
Pak Hendro segera berhenti dan Menik memang tidak perlu meminta dua kali karena
jelas ayah angkatnya sudah tahu keinginannya. Terbukti Pak Hendro sudah
memasangkan guling di depannya yang langsung dipeluk kedua kaki Menik sehingga
posisi vaginanya lebih menungging, ini dimaksudkan agar lebih mudah dimasuki
pada posisi itu.
Dan sebentar kemudian dirasakannya Pak Hendro yang sudah melorotkan celananya
membebaskan kemaluannya mulai menempelkan batangnya di depan liang
kewanitaannya Menik. Baru saja bertemu kedua kemaluan telanjang itu, Menik
sudah langsung menjulurkan tangannya untuk melakukan sendiri menggosok-gosokkan
kepala kejantanan Pak Hendro di mulut lubang senggamanya. Dari caranya yang
tidak sabaran, Pak Hendro semakin yakin bahwa Menik betul-betul sedang kepingin
sekali. Dia membiarkan dulu menunggu sampai batangnya mengencang baru kemudian
dia mengambil alih lagi untuk memasukkan batangnya itu.
Dibasahi dulu dengan ludahnya seputar kepala batangnya, setelah itu mulai
disesapkan terjepit di mulut lubang kewanitaan Menik. Begitu terasa mulai
masuk, segera disambung dengan disogok pelan-pelan sambil menekan semakin lama
semakin dalam. Sampai di batas yang bisa dicapai, barulah dia menunda dan
kembali merapat mendekap Menik. Menyusupkan lagi tangannya meremasi kedua susu
sambil diiringi mengecupi leher si gadis yang langsung berbalik menoleh dengan
mimik wajah terlihat senang.
"Ahss... enak Yaahh..!" komentar pertama Menik.
"Udah kepengen sekali ya Nduk..?" tanya Pak Hendro tersenyum manis.
"He-ehh udah ampir seminggu nggak gini sama Yayah, Nik nggak bisa tidur
Yah..!"
"Seneng ya memeknya dimasukin punya Yayah kayak gini..?"
"Ceneng Yah..., enyak diogok-ogok ontol 'ede Yayah.." jawabnya
kembali dengan logat manja kekanak-kanakannya.
"Ya udah, sekarang bobo deh sambil Yayah ogok-ogok supaya tambah pules
bobonya..."
Menik membalikkan lagi kepalanya membelakangi Pak Hendro, seolah-olah mengikuti
anjuran ayah angkatnya yang akan membuatnya tidur enak dengan
menyogok-nyogokkan batang kejantanan di liang senggamanya, tapi ketika terasa
batang itu mulai dimainkan keluar masuk pelan, dia ternyata terbawa memainkan
juga pinggulnya mengocok pelan seirama gerakan Pak Hendro. Irama permainan ini
tidak meningkat hangat seperti biasanya, karena masing-masing seperti ingin
bermain berlambat-lambat dengan membatasi gerakan-gerakan mereka, tapi nikmat
yang dirasa tidak kalah enaknya dibanding biasanya. Malah permainan kalem ini
terasa lebih mengasyikkan dengan mengkonsentrasikan pada gelut kemaluan yang
lebih banyak ditekan dan diputar dalam-dalam diikuti penyaluran gemas-gemas
nafsu pada remasan-remasan yang mencengkeram ketat. Begitu juga seperti ingin
mencegah suaranya terlepas kendali, Menik menutupi wajahnya dengan bantal dan
menggigitnya erat-erat. Pak Hendro memainkan terus batang keperkasaannya
membuatnya bisa menyusul Menik tepat pada waktunya. Karena ketika terasa Menik
mulai berorgasme, Pak Hendro pun tiba bersamaan di saat ejakulasinya.
Permainan selesai dan bersambung acara tidur bagi Menik, tapi Pak Hendro masih
ingin merapihkan diri dulu. Dibantu Menik sendiri yang mengangkangkan kedua
kakinya lebar-lebar, Pak Hendro segera menyeka bersih bekas-bekas cairan di
lubang kemaluan Menik. Ini memang satu kebiasaan si manja yang kalau selesai
sanggama dan tertumpah oleh cairan mani dia selalu malas untuk mencuci,
sehingga harus Pak Hendro yang membantunya. Begitu ketika dirasa sudah bersih,
barulah Pak Hendro menyusul tidur memeluki Menik.
HOT | HEBOH | HANGAT | SERU
BalasHapus___________________________
MANIAC BOKEP
_____________
MEMEK PACARKU
_____________
para bokepers wajib nonton disini sist:
BalasHapus--->ABG Spesialis Sedot Kontol
--->KONTOLNYA NYEMPIL DI NENENKU
--->PIDIO NGEWE' GADIS BANDUNG
--->PIDIO SMU 44 JAKARTA
--->SPG BERSERAGAM DITRAINING NYEPONG
--->BARU MASUK DAH CROTTT DULUAN!!!
--->SPG BANDUNG SERVICE PELANGGAN
--->SPG PUTIH CANTIK MEREM MELEKK
--->JILBAB PUTIH NGENTOT
--->GADIS BERKERUDUNG NGEWE'
--->GAIRAH DOKTER MONTOK
--->NGENTOT GADIS BERJILBAB
--->GOYANGAN GADIS SMP
--->NGINTIP TANTEKU LAGI ASYIIKK COLICOLI
--->BOKEP ANAK PESANTREN
--->ASYIKKNYA NGEWE DI SOFA BARU
--->GOYANGAN JANDA MUDA MONTOKKK BANGETTT...
--->NGENTOT DIATAS RANJANG LOSMEN
koleksi bokep ane paling TERBARU gan siap disedot sist:
--->GARA2 SKRIPSI PERAWANKU HILANG
--->MAHASISWI ADUHAI MANTAP DI RANJANG
--->NGEWE DI MOBIL TEMAN
--->NGENTOT GRATIS SERVIS IBU KOST
--->JILAT MEKI LULU SAMPE BASAH
--->GOYANGAN BOHAIII...GADIS BERJILBAB
--->MEKI MERAHHHH MEREKAHH BIKIN NAFSU
--->TUKANG OJEK NGEWE PENUMPANG CEWE RAME2
--->DESAHAN MESRA DEWI PACARKU
--->GAYANYA BIKIN KONAK TERUSSS..
--->LOMBA NGEWE DI APARTEMEN BARU
--->BOKEP 2 PASANGAN NGEWE DI PANTAI
--->SISKA KETAGIHAN NGEWE
ini linknya my bro and sist...
jgan lupa ya.. lsg ke bawah ini
--->bikin NGACENK loe pade